Jumat, 15 Februari 2008

selamat tinggal bang

Alfredo Reinado

Alfredo Reinado
Alfredo Reinado

Alfredo Alves Reinado (1967Dili, 11 Februari 2008) adalah mantan mayor pada angkatan bersenjata Timor Timur, FDTL. Ia adalah pemimpin pemberontak pada krisis Timor Timur yang terjadi pada tahun 2006 dan juga pada aksi penembakan terhadap Presiden Timor Timur José Ramos Horta dan Perdana Menteri Timor Timur Xanana Gusmao pada 11 Februari 2008. Reinado tewas pada peristiwa penembakan tersebut.[1]

Krisis Tmor Timur 2006

Pada 4 Mei 2006, ia bersama lebih kurang 600 anggota FDTL – yang berkekuatan total 1.400 prajurit – melakukan desersi sebagai protes atas perlakuan diskriminatif terhadap prajurit dari Timor Timur. Karena desersi ini, pada April 2006, Panglima FDTL Brigjen Taur Matan Ruak melakukan pemecatan massal terhadap para desertir atas restu atau titah Perdana Menteri Mari Alkatiri.

Para korban pemecatan marah besar. Reinado yang merupakan tentara didikan Australia dan rekannya, Mayor Augusto Araujo (Tara), memimpin pemberontakan bersenjata. Aksi Gastao Salsinha (pimpinan para serdadu yang dipecat) itu memicu gelombang kerusuhan di Dili, yang kemudian menyebar di kalangan geng-geng sipil bersenjata.

Kerusuhan di Timor Timur yang meluas menjadi pertikaian antar etnis (timur dan barat) ini menewaskan sedikitnya 20 orang dan puluhan orang dilaporkan hilang. Ratusan bagunan dibakar dan dijarah. Sekitar 100.000 warga mengungsi sampai ke perbatasan dengan Indonesia di NTT.

Dalam menjalankan aksinya, Reinado menggunakan taktik mirip Fretilin, kelompok pimpinan Xanana Gusmao yang memberontak terhadap integrasi Timtim ke Indonesia, yaitu taktik hit and run (pukul dan lari).

Reinado melakukan hal serupa. Ia membangun basis di perbukitan Maubisse, 70 km di selatan Dili, dengan senjata M-16 di tangan. Selain menuntut Alkatiri mundur ia juga menuntut penempatan kembali rekan-rekannya yang sama-sama dipecat oleh Alkatiri.

Para mantan tentara yang marah karena dipecat itu melakukan berbagai aksi yang membuat kota Dili porak poranda dan berdarah.

Kronologis Krisis Tmor Timur 2006

8 Februari

Lebih dari 400 tentara mogok dan keluar dari barak, memprotes diskriminasi promosi berdasarkan etnis timur (Loro Sa’e). Tentara dari wilayah barat merasa dianaktirikan.

17 Maret

Pemerintah memecat 594 tentara disertir, kebanyakan etnis [[Loro Monu] itu adalah ide politik dari beberapa pemimpin dinegara timor leste untuk merampas kekuasan.

24-29 April

Para tentara desersi, dipimpin mayor Alfredo Alves Reinado, melancarkan protes, yang berkembang menjadi kerusuhan massa. Dua tentara dan dua warga sipil tewas serta puluhan luka-luka.

10 Mei

Perdana Menteri Alkatiri menawarkan bantuan kemanusiaan dan subsudi bagi para tentara desertir yang dipecat. Tawaran ditolak.

24 Mei

Pemberontakan tentara desersi tak terkendali dan pemerintah Dili meminta bantuan militer dari Australia, Portugal, Selandia Baru, dan Malaysia.

25 Mei

Kontingen 150 personel komando Australia tiba di Dili. Di hari yang sama, rumah kerabat Menteri Dalam Negeri Regerio Lobato dibakar, seorang ibu dan lima anaknya tewas. Tentara resmi pemerintah menembaki markas kepolisian dan menewaskan 11 polisi tanpa senjata saat keluar dari gedung dengan pengawalan mobil polisi Persatuan Bangsa-Bangsa.

29 Mei

Presiden Xanana Gusmao berunding dengan Alkatiri dan kabinetnya di istana presiden. Di luar istana, ratusan demonstran meneriakkan yel-yel anti Alkatiri. Di tempat lain, gudang pangan pemerintah dijarah. Desakan agar Alkatiri mundur menguat, termasuk dari Menteri Luar Negeri Jose Ramos Horta, yang mengakui pemerintahannya gagal total mengatasi kemelut.

30 Mei

Xanana menjalankan kekuasaan darurat, memecat Menteri Pertahanan Rogerio Lobato dalam rapat darurat kabinet hari kedua, serta mengambil alih kendali pertahanan dan keamanan. Namun kerusuhan, bentrokan antar geng, dan penjarahan tak kunjung berhenti.

7 Juni

Reinado menyatakan bersedia berunding untuk mengakhiri kerusuhan berdarah di negeri itu. Meski demikian, dia secara tegas meminta agar solusi damai bagi Timor Timur tidak melibatkan Mari Alkatiri.

Tidak ada komentar: